Dalam perjalanan hidupnya di dunia,
manusia memiliki tugas besar untuk menentukan identitasnya. Identitas ini
bukanlah sekadar peran sosial atau profesi seperti petani, guru, politikus,
penulis, atau pekerja lainnya. Identitas ini adalah esensi diri yang membentuk
makna kehidupan seseorang.
Kehidupan manusia akan terasa hampa
jika ia tidak mampu memberikan makna pada setiap langkah yang diambilnya. Cara
untuk memberikan makna ini adalah dengan bertindak. Melalui tindakan, manusia
mengukir jalan hidupnya, apakah ia akan menjadi seorang seniman, matematikus,
atau bahkan seorang pemimpin politik. Tindakan ini adalah manifestasi dari
pemilihan dan komitmen yang dibuat oleh manusia dalam hidupnya.
Kemungkinan-kemungkinan dalam
menentukan identitas manusia sangatlah luas. Ia bisa menjadi apa saja, mulai
dari seorang mahasiswa hingga penganggur, dari seorang suami setia hingga
seorang bujang lapuk, dari seorang matematikus yang mengotak-atik pola dan
rumus hingga seorang politikus idealis yang menginginkan perubahan. Namun,
karena keluasannya itulah manusia perlu memiliki keberanian untuk memilih.
Dalam memilih, ia membatasi dirinya, tetapi itulah yang memungkinkannya untuk
mengeksplorasi eksistensi.
Keinginan yang tidak terbatas hanya
akan menjadi angan-angan tanpa tindakan nyata. Manusia yang mencoba menjadi
politikus, olahragawan, rohaniwan, wartawan, dan ahli hukum sekaligus dalam
waktu bersamaan hanya akan mengalami mimpi tanpa meraih sukses di semua bidang
tersebut. Karenanya, manusia harus berani menentukan dirinya, memilih dari
berbagai kemungkinan yang ada.
Tentu saja, penentuan diri tidak
selalu mudah. Terkadang, kita menghadapi banyak kemungkinan yang menggoda hati
kita. Namun, di sinilah keberanian, kebijaksanaan, dan kemampuan diuji.
Meskipun pilihan kita mungkin membawa akibat yang sulit, kita harus tetap
konsisten dengan apa yang telah kita pilih.
Ketidakpastian akan terus
menghantui seseorang jika ia tidak berani menentukan dirinya. Kesulitan ini,
yang disebut oleh Franz von Magnis sebagai "derita penentuan diri,"
akan selalu menghantui mereka yang enggan membuat keputusan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Hegel, "Kehendak yang tidak memutuskan sesuatu, bukanlah kehendak yang
nyata. Orang tanpa kepribadian tidak pernah sampai pada tahap pengambilan
keputusan." Maka, hati yang tidak mampu membuat keputusan adalah hati yang
mati, biarpun ia ingin menjadi indah. Keberanian untuk menentukan diri adalah
langkah pertama menuju makna yang sejati dalam kehidupan manusia.
0 comments :
Post a Comment