HIDUP MENJALANI CATATAN ALLAH
(Catatan untuk Anakku)
Hidup adalah menjalani catatan
Allah, katamu mengutip salah satu pembicaraan kyai mbeling.
“Tapi tahukah kamu catatan Allah
seperti apa, ? tanyaku spontan.
“Tidak, “ jawabmu.
“Karena itulah, maka kita harus
berbuat yang terbaik, “ kataku.
Itulah perbincangan pagi itu,
seperti biasa ketika jalan-jalan pagi.
Malam ini aku menangis, merenungi
kata-kata itu. Merenungi jalan kehidupan yang harus kita ukir.
Kemudian Aku berkata tentang Adam
yang dihujat, karena kesalahannya manusia dikeluarkan dari surga-Nya Allah.
Tapi dengan cerdas dan tegas Adam menjawab, bahwa Adam – dan manusia –
dikeluarkan dari surga adalah ketentuan Allah. Sedangkan makan huldi hanyalah
jalan.
Sejenak kemudian engkau berkata :
“Malaikat itu makhluk yang paling
taat, karena ketaatannya dia rela menggoda Adam dan artinya mengorbankan diri.
“
Aku tidak berkomentar. Hanya
berjalan saja menghirup udara pagi.
Ya, akhirnya aku harus menyadari
bahwa hidup adalah menjalani catatan Allah. Entah seperti apa perjalanan yang
dicatatkan Allah untukmu dan untukku. Kita hanya bisa berpasrah. Aku hanya bisa
berpasrah, mudah-mudahan dapat menerima dan menjalani catatan Allah dimana pun
ujungnya.
Ya, kini kumenangis, menjalani
catatan Allah
27.04.2024-23.46
0 comments :
Post a Comment