Siapa yang
memahami dirinya akan mengenal jalan kehidupan menuju Tuhannya.
Sepertinya mudah saja. Mengenal diri. Memahami diri. Karena diri yang kita punya adalah diri yang telah menjadi milik kita sejak dilahirkan. Bersama setiap hari. Berbuat setiap hari. Berpikir setiap jam. Merasakan setiap menit. Dipikirkan setiap hari. Dirasakan setiap saat. Bertindak setiap waktu.
Sepertinya
tidak ada mystery. Semua begitu terbuka. Begitu nyata. Begitu real. Tidak ada
lagi yang tersembunyi.
Begitukah ?
Tidak
begitu. Nyatanya kita seringkali tidak memahami apa yang kita ingini sebenarnya,
atau apa yang dikehendaki, atau bakat-passion-dan minat. Seringkali terjebak
pada hal-hal yang menipu, godaan sesaat dan bias.
Begitu kita
melihat artis yang popular dan banyai duitnya, tiba-tiba saja tergiur dan
mengatakan bahwa cita-cita kita ingin menjadi artis. Begitu melihat Kopasus
yang gagah disertai bumbu penyedap kisah-kisah heroic dan luar biasa, serta
merta ingin menjadi tentara.
Begitupun
ketika lingkungan permainan sering badminton plus cerita legenda Rudy Hartono,
Liem Swie King, dan Susi Susanti, maka serta merta kita menganggap berbakat dan
berminat menjadi pemain bulu tangkis. Padahal setelah sering bermain dan
latihan ribuan kali, menjadi tahu bahwa backhand tidak pernah menjadi bagus dan
smash perlahan bagai siput.
Mengenal
diri, memahami diri bukanlah perkara mudah. Ketika menjadi tua kesadaran itu
akan muncul pada sebagian orang. Tidak ada kata terlambat tentunya. TETAPI
mencari hakekat diri selagi muda jauh lebih beruntung ketimbang menyadari
kesalahan menjelang senja.
0 comments :
Post a Comment