Powered by Blogger.
Home » » SUASANA HATI DALAM GERIMIS

SUASANA HATI DALAM GERIMIS

Written By Suheryana Bae on Thursday, June 20, 2024 | 7:46 AM

 

Pagi berkabut. Rinai gerimis yang lembut menyentuh bumi, menyelimuti dunia dengan selubung tipis. Matahari bersembunyi di balik bebukitan, seolah enggan menampakkan diri. Di tengah kesunyian pagi, kantor terasa sepi. Hanya ada beberapa pegawai kebersihan dan tukang parkir yang mulai beraktivitas. Namun, di tengah kesunyian itu, alunan lagu Ebiet G. menghangatkan suasana, memberikan semangat baru untuk memulai hari.

Pertanyaanya adalah apakah suasana alam yang menentukan suasana hati, atau sebaliknya, suasana hati yang menentukan bagaimana kita melihat alam.

Seorang anak SD dengan pikiran yang masih polos berjalan di tengah gerimis. Tas sekolah bergantung di pundaknya, berayun-ayun seiring langkah kaki kecilnya. Dia tertawa riang, bermain-main dengan teman-temannya, menikmati genangan air hujan di jalanan. Baginya, hujan bukanlah halangan untuk bersekolah, melainkan kesempatan untuk bersenang-senang sebelum belajar. Hatinya penuh dengan keriangan, menantikan hari penuh petualangan di sekolah.

Namun, di sisi lain, seorang pegawai kantoran duduk di balik kemudi mobil. Dia menyetir dengan perasaan berat, melihat butiran-butiran air hujan yang menempel di kaca depan mobil. Baginya, pagi yang berkabut dan hujan adalah lambang dari suasana hati yang muram. Dia merasa tidak yakin dengan apa yang harus dikerjakan hari ini, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana masa depan akan berjalan.

Dua pandangan yang berbeda terhadap alam, namun keduanya dipengaruhi oleh suasana hati masing-masing. Ini menunjukkan bahwa hubungan antara alam dan suasana hati adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Alam dapat mempengaruhi suasana hati, namun sebaliknya, suasana hati dapat mempengaruhi bagaimana kita melihat dan merasakan alam.

Bagi seseorang yang sedang bahagia, hujan dapat dilihat sebagai berkah, kesempatan untuk menikmati keindahan alam. Namun, bagi seseorang yang sedang sedih atau stres, hujan dapat dilihat sebagai lambang kesedihan atau kegelisahan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membiarkan suasana hati dipengaruhi oleh kondisi alam. Namun, sebenarnya, kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana ingin merespons alam. Kita dapat memilih untuk melihat keindahan di balik kabut dan hujan, atau memilih untuk merasa muram dan sedih.

Sebagai makhluk yang hidup dan berinteraksi dengan alam setiap hari, kita memiliki hubungan yang unik dan mendalam dengan lingkungan sekitar. Alam dengan segala keindahannya, kadang-kadang dengan ketidakpastiannya, mempengaruhi perasaan dan emosi, sebagaimana suasana hati dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap alam. Namun sesungguhnya, kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana merespons alam. Memilih untuk melihat keindahan di balik kabut dan hujan, atau memilih untuk merasa muram dan sedih. Yang paling penting adalah kesadaran bahwa hubungan dengan alam adalah hubungan timbal balik. Dengan memahami dan menghargai hubungan ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan harmonis. Tidak hanya menerima pengaruh alam, tetapi juga memberikan pengaruh positif kembali ke alam.

Dalam setiap keadaan dan situasi, selalu ada keindahan dan pelajaran yang bisa kita temukan, asalkan mau melihat dan merespons dengan hati yang terbuka. (Foto dari istockfoto)

0 comments :

Post a Comment