Powered by Blogger.
Home » » DKI JAKARTA

DKI JAKARTA

Written By Suheryana Bae on Thursday, July 25, 2024 | 7:51 PM

 


Jalan pagi di "dalam" Jakarta mengungkap kontras sosial yang mencolok, di mana kemiskinan dan kemewahan, kesederhanaan dan keberlimpahan berpadu dalam lanskap urban. Perjalanan ini membawa saya ke gang-gang sempit dan kumuh di jantung kota, di mana bau menyengat dari selokan dan limbah domestik menjadi simbol perjuangan harian penduduknya. Di sini, kehidupan berjalan dengan ritme yang keras, tempat harapan dan keputusasaan berdampingan.

 

Tidak jauh dari kekumuhan ini, terdapat perumahan kelas menengah yang menampilkan kontras menarik. Rumah-rumah sederhana berdampingan dengan beberapa bangunan mewah empat lantai yang menonjolkan kemegahan dan wibawa. Struktur ini mencerminkan kesenjangan sosial, memperlihatkan bagaimana kemewahan dan kesederhanaan hidup berdampingan, terpisah hanya oleh pagar.

 

Namun, yang mencolok adalah keheningan yang menyelimuti area ini, sepi dari kehadiran warga perumahan. Menimbulkan pertanyaan reflektif tentang esensi rumah itu sendiri. Mengapa membangun istana jika hanya sebagai tempat peristirahatan sesaat. Kenyataan ini menggugat logika pemborosan dalam membangun rumah mewah dengan biaya miliaran rupiah, sementara rumah yang nyaman dan memadai bisa dibangun dengan biaya yang jauh lebih rendah. Bagi warga dengan penghasilan moderat, biaya miliaran untuk sebuah rumah bukan hanya pemborosan tetapi juga sebuah mimpi yang tak terjangkau.

Membangun rumah mewah dengan biaya miliaran rupiah memang menunjukkan status dan keberhasilan, tetapi bayangkan potensi positif jika sebagian dana tersebut dialokasikan untuk tujuan sosial. Jika sebagian dari dana pembangunan istana digunakan untuk menyekolahkan anak-anak kurang mampu, memberikan mereka akses ke pendidikan berkualitas dan peluang untuk mengubah masa depan mereka. Atau, mengalokasikannya untuk mendukung pengembangan ekonomi keluarga berkekurangan, memberikan modal usaha kecil atau pelatihan keterampilan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka secara berkelanjutan. Lebih jauh lagi, mendanai kegiatan spiritual atau komunitas untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas, memperkaya kehidupan sosial dan rohani. Dengan cara ini, kekayaan bisa berkontribusi tidak hanya pada pembangunan fisik tetapi juga pada pembangunan sosial dan spiritual, menciptakan dampak positif yang jauh lebih luas dan mendalam bagi masyarakat.

Refleksi ini memaparkan tentang kesenjangan sosial dan ekonomi di Jakarta. Perjalanan pagi lebih dari sekedar melintasi jalanan kota, juga merupakan perjalanan pemikiran mendalam tentang nilai, kebutuhan, dan keadilan sosial dalam masyarakat. Jakarta, dengan semua kontrasnya, menjadi guru tentang keragaman, ketidaksetaraan, dan peluang untuk memahami lebih dalam apa yang benar-benar berarti bagi kita sebagai individu dan sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.

0 comments :

Post a Comment